
Monika: Perempuan Adat dari Kepulauan Aru
“Kemanapun saya pergi, apapun yang saya lakukan, label perempuan adat selalu melekat pada saya, I’m proud menjadi
Di sektor perikanan, satu dari dua pekerja makanan laut adalah perempuan. Di akuakultur, perempuan hanya mendapatkan sekitar setengah atau 64 persen dari upah laki-laki, meskipun menghadapi risiko degradasi laut yang sama dan dengan sumber daya yang lebih sedikit untuk membangun ketahanan. 40% dari semua perusahaan rintisan di sektor rumput laut dipimpin oleh perempuan.
Indonesia, sebagai negara maritim, memiliki kekayaan hasil laut yang melimpah. Salah satu produk olahan ikan yang sangat populer di berbagai daerah adalah ikan asin. Hampir setiap wilayah pesisir di Indonesia memiliki cara khas dalam mengolah ikan asin, baik dari jenis ikan yang digunakan, proses penggaraman, hingga teknik pengeringannya.
Ika Permatasari Olsen, biasa dipanggil Ika, adalah seorang pengembara gaya hidup yang tinggal di atas kapal dan mengarungi lautan. Saat ini, kapalnya sedang berlabuh di Amsterdam, tetapi menghabiskan sebagian besar waktunya mengambang di lautan. Ia mulai berlayar pada tahun 2018 dan menemukan kebahagiaan saat ada cukup angin untuk berlayar tanpa perlu bergantung pada generator atau mesin.
Lahir dan dibesarkan di desa terpencil di Pulau Koba, Monika tumbuh sebagai perempuan adat yang erat dengan laut. Baginya, laut bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga penjaga keseimbangan alam dan warisan budaya.
Selami perjalanan kami dan temukan bagaimana kami membuat perbedaan dalam konservasi laut dan pemberdayaan perempuan. Bergabunglah bersama kami untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah!
Temukan bagaimana kami mendobrak batasan, membangun komunitas, dan mendorong perubahan untuk masa depan yang berkelanjutan. Dapatkan informasi tentang proyek, acara, dan pencapaian terbaru kami dalam konservasi laut dan kesetaraan gender.
“Kemanapun saya pergi, apapun yang saya lakukan, label perempuan adat selalu melekat pada saya, I’m proud menjadi
Pada bulan Oktober 2024, Perempuan Laut Indonesia, yang diwakili oleh Kirana Agustina, Pendiri dan Direktur
Perempuan Laut (PL) Indonesia adalah organisasi pemberdayaan perempuan nirlaba di Indonesia, yang secara resmi didirikan
Explore our latest research, stories, and guides to discover how women are leading the way in marine conservation and sustainable livelihoods.
“Kemanapun saya pergi, apapun yang saya lakukan, label perempuan adat selalu melekat pada saya, I’m proud menjadi
Indonesia, sebagai negara maritim, memiliki kekayaan hasil laut yang melimpah. Salah satu produk olahan ikan
Mari berkenalan dengan kak Ika… Ika Permatasari Olsen, biasa dipanggil Ika, adalah seorang pengembara gaya
Kirana memiliki latar belakang di bidang Ilmu Kelautan dan Lingkungan, Politik, dan Masyarakat, dengan fokus pada polusi plastik di laut.
Pada bulan Oktober 2019, ia berlayar bersama eXXpedition Round the World, sebuah tim yang seluruhnya terdiri dari perempuan yang mempelajari plastik di lautan. Ia adalah perempuan Indonesia pertama yang mengikuti perjalanan selama dua minggu melintasi Atlantik Utara dari Plymouth, Inggris, menuju Azores, Portugal, yang didukung oleh beasiswa dari International Maritime Organization.
Sebelum menempuh pendidikan pascasarjana, Kirana berpartisipasi dalam program United Nations-Nippon Fellowship pada tahun 2018 di Divisi Urusan Kelautan dan Hukum Laut di New York City. Ia kemudian melakukan penelitian tentang tata kelola laut di Australian National Centre for Ocean Resources and Security di Australia.
Sebelumnya, ia bekerja di Friends of Nature, People and Forests (FNPF), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sekretariat Regional Inisiatif Segitiga Terumbu Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan, dan Ketahanan Pangan, dan World Resources Institute Indonesia.
Di waktu luangnya, Kirana senang bepergian, yoga, berenang, menyelam, dan mengunjungi kedai kopi lokal.
Kirana has a background in Marine Science and Environment, Politics, and Society, focusing on ocean plastic pollution.
In October 2019, she sailed with eXXpedition Round the World, an all-female crew studying ocean plastic. She was the first Indonesian woman to join a two-week journey across the North Atlantic from Plymouth, UK, to the Azores, Portugal, supported by a bursary from the International Maritime Organization.
Before her postgraduate studies, Kirana participated in the United Nations-Nippon Fellowship program in 2018 at the Division of Ocean Affairs and Law of the Sea in New York City. She then conducted research on ocean governance at the Australian National Centre for Ocean Resources and Security in Australia.
Previously, she worked at Friends of Nature, People and Forests (FNPF), Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Regional Secretariat of the Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security, and World Resources Institute Indonesia.
In her free time, Kirana enjoys traveling, yoga, swimming, diving, and visiting local coffee shops.
Michella began her career in 2009 by managing her family’s second-generation business in the fishing industry, which has been operational for over 30 years. Her efforts have been focused on implementing a zero-waste model, including the management of fishing vessels, cold storage facilities, and katsuobushi (dried and fermented tuna) manufacturing. In 2015, Michella’s involvement with NEXUS, a global network focused on social impact, sparked her realization that she could merge her professional work with her passion for the ocean. This marked the beginning of her journey as the “Tuna Girl” in 2017.